Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak semuanya saham perbankan berkinerja baik sepanjang tahun ini. Beberapa saham perbankan bahkan ada yang berkinerja kurang menggembirakan.
Tiga saham perbankan konvensional KBMI 3-4 terpantau ada yang berkinerja buruk, didominasi oleh saham yang memiliki kapitalisasi pasar menengah (middle cap).
Dua saham bank Grup Panin yakni PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) menjadi yang kinerjanya paling buruk sepanjang tahun ini, di mana PNBN ambruk 25,51% sedangkan saham PNBS ambrol 19,7%.
Kinerja keuangan yang masih cenderung membaik ditambah gagalnya PNBN diakuisisi oleh pemegang saham mayoritas membuat saham PNBN sempat merana.
Tahun lalu, Bloomberg melaporkan pemegang saham terbesar PNBN yakni termasuk keluarga Gunawan dengan 46% saham dan ANZ Group Holdings Ltd. dengan sekitar 38,8% bekerja sama dengan penasihat keuangan masing-masing saat mereka mengeksplorasi potensi penjualan saham PNBN.
Bahkan, bank asal Jepang seperti Sumitomo Mitsui Financial Group Inc. dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. pada tahun lalu juga dikabarkan telah menunjukkan minat terhadap PNBN.
Kebuntuan negosiasi pun terjadi di tengah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) dan pengambilalihan darurat Credit Suisse Group AG oleh saingannya yang lebih besar UBS Group AG pada Maret lalu.
Kondisi ini juga merupakan perubahan lain dalam rangkaian upaya jangka panjang oleh beberapa pemegang saham Panin Bank untuk menjual saham mereka.
Di lain sisi, pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PNBS pada Juni lalu yang memutuskan untuk menahan pembagian dividen tahun buku 2022 juga turut mempengaruhi kinerja saham PNBS.
Mengacu pada laporan yang dibagikan perseroan, PNBS akan mengalokasikan laba senilai Rp250,53 miliar sebagai laba ditahan.
PNBS juga mengalokasikan sebesar 2,5% dari jumlah laba kotor tahun buku 2022 atau senilai Rp 6,36 miliar untuk memenuhi kewajiban zakat korporasi.
Dengan ditahannya pembagian dividen ini, ditambah dengan gagalnya akuisisi di bank induk Grup Panin yakni PNBN, membuat investor hingga kemarin belum tertarik untuk melirik dua emiten perbankan Grup Panin tersebut.
Alhasil, kinerja sahamnya pun cenderung belum membaik sepanjang tahun ini.
Sejatinya, saham perbankan cenderung bangkit beberapa bulan menjelang berakhirnya 2023. Hal ini karena membaiknya sentimen global mulai dari meredanya inflasi global (di Amerika Serikat), mulai ditahannya suku bunga acuan bank sentral utama, dan lain-lainnya.
Apalagi, adanya fenomena window dressing dan tahun Pemilu juga ikut menggairahkan kembali saham-saham perbankan utamanya perbankan konvensional KBMI 3-4.
Adapun window dressing sendiri adalah strategi yang digunakan oleh para Manajer Investasi untuk memperindah portofolio sahamnya sebelum di presentasikan ke pemegang saham atau klien.
Para Manajer Investasi biasanya mulai melirik saham perbankan di akhir tahun karena secara historis, pergerakan saham perbankan cenderung positif pada akhir tahun.
Sudah ada window dressing, ditambah pula adanya masa kampanye dan Pemilu juga dapat menggairahkan saham perbankan. Secara historis, setidaknya selama dua kali Pemilu sebelumnya, saham perbankan cenderung cerah karena perputaran uang beredar cenderung meningkat. https://trukgandeng.com/